UPDATEINDONESIA.COM- Mudawam, salah satu pengrajin tahu dan tempe di Bontang, Kalimantan Timur tak bisa menyembunyikan kegalauannya menanggapi kenaikan harga kedelai impor di pasaran yang tembus Rp11.000 per kilogram. Padahal normalnya Rp 9000 per kilogram.
Pria yang sudah 30 tahun menggeluti bisnis pembuatan tahu dan tempe ini bahkan berniat menghentikan sementara produksinya jika tidak memikirkan nasib 13 orang karyawannya.
“Sebenarnya stop produksi dulu, untuk sementara tapi kasian karyawan,” ujar pemilik pabrik tahu tempe di Jalan Ahmad Yani, Bontang Utara ini kepada wartawan, Kamis (17/2/2022).
Seingat dia, kenaikan harga kedelai impor terjadi sejak awal Februari 2022. Namun ia tidak mengetahui penyebabnya. Hanya saja setiap kali pesanannya tiba di pabrik selalu mengalami kenaikan harga. Meskipun perbedaannya tidak signifikan.
“Belakangan ini tiap pesanan datang dari Samarinda pasti ada perbedaan harga, kemarin naik Rp20 ribu per karung. Yang datang sore ini naik lagi Rp5 ribu, sekarang harga per karung sudah Rp605 ribu,” paparnya.
Mudawan mengakui kenaikan harga kedelai berimbas kepada keuntungan di dapat. Sementara kedelai lokal yang diharapkan jadi solusi para pengrajin tahu dan tempe justru harganya jauh lebih mahal dan sulit didapat.
Imbasnya, omzet Mudawan yang dulunya bisa tembus jutaan per karung kini merosot di angka Rp 400 ribu. Itu belum termasuk biaya produksi seperti beli kayu bakar dan kebutuhan lainnya.
Meski demikian, Mudawan mengaku tidak bisa berbuat banyak dan pasrah dengan kenaikan harga bahan baku utama tahu dan tempe tersebut. Sebab, penyesuaian harga eceran tahu tempe sulit dilakukan. Mesti kompak dengan produsen yang lain.
Begitupun dengan ukuran atau volume kemasan. Tidak ada perubahan. Kasihan pelanggan seperti penjual gorengan. “Jadi, hanya bisa bertahan dengan keuntungan yang tipis,” pungkasnya.
Mudawan menyebut, saat ini harga jual eceran tempe hasil produksinya masih di kisaran Rp 3-9 ribu per papan, tergantung ukuran. Begitupun harga jual eceran tahu, masih di angka Rp4-6 ribu per bungkus.
“Dalam sehari rata-rata tujuh sampai delapan karung kacang kedelai kita olah menjadi tahu dan tempe,” bebernya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, tren kenaikan harga kedelai diperkirakan berlanjut hingga Mei 2022. Gejolak harga kedelai secara global terjadi akibat produksi dan pasokan kedelai berkurang. (*)

Ilustrasi: Tahu dan tempe. (Nazarudin Latief - Anadolu Agency)