Delegasi Korea Selatan ke Bontang, Bahas Skema Project Pengolahan Sampah Jadi Energi

Rombongan tim survei KOICA Indonesia Office bersama tim Korea Expert dan perwakilan Pemerintah Provinsi Jeju, Korea Selatan, tiba di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (3/11/2025).

UPDATEINDONESIA.COM - Rombongan tim survei KOICA Indonesia Office bersama tim Korea Expert dan perwakilan Pemerintah Provinsi Jeju, Korea Selatan, tiba di Bontang, Kalimantan Timur, Senin (3/11/2025).

Kedatangan mereka bertujuan untuk melakukan survei dan verifikasi lapangan selama tiga hari sebagai tindak lanjut dari rencana kerja sama proyek pengolahan sampah berbasis Waste to Energy (WTE) yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bontang.

“Ini merupakan kunjungan ketiga kalinya. Kami berharap program ini dapat berlanjut, tentunya dengan fasilitasi dari Kementerian Lingkungan Hidup,” ujar Director of Peace and Diplomatic Affairs Division, Pemerintah Provinsi Jeju, Korsel, Oh Gyun Kang.

Dia menjelaskan bahwa dahulu Jeju juga menghadapi tantangan serupa dengan Bontang dalam pengelolaan sampah. Namun sejak tahun 2005, Pemerintah Jeju berkomitmen penuh dalam pengelolaan sampah, sehingga kini hasilnya diakui secara global.

“Pada tahap awal, Jeju mungkin akan memberikan dukungan untuk pembangunan fasilitas. Namun setelah proyek ini selesai, Bontang harus mampu mandiri dalam manajemen sistem pengolahan sampahnya,” katanya.

Jika proyek ini terealisasi, Pemerintah Kota Bontang akan menerima bantuan hibah senilai 10,5 juta dolar Amerika Serikat dari Pemerintah Provinsi Jeju. Bantuan tersebut akan difokuskan pada pembangunan sistem pengolahan sampah terpadu menjadi biogas serta mendorong pengembangan ekonomi sirkular di Kota Taman.

Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menjelaskan bahwa produksi sampah di Bontang terus meningkat. Saat ini, Bontang memiliki 499 bank sampah yang tersebar di tiga kecamatan serta lima kelompok swadaya masyarakat yang aktif di tingkat kelurahan.

“Melalui sistem ini diharapkan tumbuh ekonomi sirkular, dengan penerapan metode tiga R (reduce, reuse, recycle), kami ingin menjadikan Bontang bukan hanya kota bersih, tetapi juga berdaya dari sampah,” ujar Neni.

Sementara itu, pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Desi Florita Syahril mengapresiasi komitmen Pemerintah Provinsi Jeju untuk bekerja sama dengan Kota Bontang dalam upaya penanganan sampah.

“Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari inisiasi proposal proyek yang diajukan Pemerintah Kota Bontang pada tahun 2023 lalu,” jelasnya.

Ia menilai proyek ini tidak hanya menjadi bentuk kerja sama bilateral, tetapi juga wujud komitmen bersama dalam menjalankan regulasi pengelolaan sampah di Indonesia.

“Persoalan sampah di Indonesia merupakan tantangan yang kompleks,” tambahnya.

Pemerintah terus berupaya memperbaiki sistem pengelolaan sampah secara berkelanjutan. Karena itu, proyek kerja sama ini sangat strategis, terutama dengan adanya rencana pembangunan fasilitas penunjang pengolahan sampah di Bontang.

Desi menambahkan, penerapan teknologi pengelolaan sampah dari Jeju diharapkan dapat mempercepat peningkatan kapasitas daerah. Sehingga ke depan, Bontang bisa menjadi daerah percontohan yang dapat direplikasi oleh daerah lain supaya kualitas lingkungan di Indonesia semakin baik, seperti halnya di Jeju.

“Kami meyakini, transfer pengetahuan dan teknologi dari Jeju, yang dikenal memiliki sistem pengelolaan sampah terbaik di dunia, dapat dikembangkan di Indonesia, khususnya di Kota Bontang.,” tuturnya. (*)